Sejarah Periode Asuka dan Nara di Jepang |
Amaterasu, Dewa Matahari dalam ajaran Shinto |
Periode ini juga di definisikan dengan adopsi kebudayaan Cina yang sangat cepat, dan mereka melihat pemerintahan Kekaisaran Cina sebagai model struktur pemerintahan baru mereka. Pada tahun 618 M, Dinasti Tang di Cina, dianggap sebagai periode dinasti terbesar dengan berkuasa hampir 300 tahun lamanya. Ibukotanya Chang'an, sering dibandingkan dengan ibukota Roma di Mediterania, dengan akses Sutra, dan pengaruhnya ke negara-negara tetangga. Orang dari berbagai etnis dan budaya sering berkumpul di ibukota membuatnya menjadi pusat budaya.
Jepang bukan hanya negara yang menghormati Dinasti Tang, tetapi mereka juga tertarik dengan bahasa Cina, birokrasi, obat-obatan, feng shui, konfusianisme, dan menulis atau kaligrafi. Pengadaftasian budaya yang sering dilakukan dengan Cina terutama pada bidang, politik, pendidikan, dan etika. Hal ini juga termasuk ke dalam konstitusi pertama Jepang, dengan pengaruh Konfusius. Juga terdapat pengaruh teknologi dalam pembangunan dan pengolahan logam. Selain itu pengetahuan besar akan akan arsitektur dan pembuatan patung juga terpengaruh dari Cina. Teknik baru dalam hal media dan penulisan, menyebabkan peningkatan pada lukisan yang lebih maju, seni dekorasi, musik, sastra, kaligrafi, dan puisi.
Pangeran Shotoku (572-622 M) |
Pada tahun 587 M, Pangeran Shotoku dan Klan Soga terlibat pertempuran terbuka melawan orang-orang yang menolak perubahan. Selanjutnya, pada 645 M, Reformasi Taika terjadi mengakibatkan pengaruh para penguasa deerah mulai mendekati Kaisar, dan melayaninya. Dimana penghasilan setiap provinsi akhirnya masuk ke dalam kas kekaisaran. Para pejabat yang menjabat birokrasi baru diambil dari klan bangsawan dan dilatih ke dalam sebuah sekolah di dekat kekaisaran, yang disebut Daifakuro. Mereka diajarkan Konfusianisme Klasik Cina dalam bahasa Cina. Namun, perubahan yang diambil Jepang masih belum sempurna, hingga 794, awal dimulainya Periode Heian.
Ibukota pada Periode Asuka |
Ajaran Budha, yang berasal dari India, menyebar ke Cina melalui perdagangan Sutra, pada abad 1 atau 2 Masehi. Menurut catatan sejarah Cina, ajaran Budha masuk ke Jepang pada 467 M, selama periode Kofun. Namun, secara resmi pengenalan Budha di Jepang terjadi pada 552 M di Nihon Shoki. Sejak abad ke 5, ajaran Budha telah masuk di Cina, dan pengaruhnya meluas hingga ke beberapa Kerajaan Korea. Saat Korea tidak berhasil memperkenalkan ajaran Budha ke Kekaisaran Jepang, mereka mencoba menarik minat Soga no Umaka dan Pangeran Shotoku. Ketika mereka menguasai pemerintahan, Ajaran Budha memiliki posisi yang penting. Walaupun penyebarannya lambat, Budha diakui secara resmi sebagai agama negara, sehingga pembangunan kuil-kuil Budha banyak dilakukan. Pangeran Shotoku sendiri, banyak membuat kuil di daerah Asuka, termasuk Horyu-ji yang tetap ada dari abad ke 7 hingga saat ini.
Lanjut ke Part 2
2 komentar
komentarTErimakasih untuk ringkasan sejarahnya, sangat membantu!
ReplyBlog yang menarik, mengingatkan saya akan Kuil Todaiji di Nara, di tengah kuil Buddhis ini, anda akan menumukan patung Buddha Agung yang terbesar, atau Daibutsu, terbuat dari tembaga.
ReplySaya mencoba menulis blog tentang hal ini, semoga anda juga suka di http://stenote-berkata.blogspot.com/2018/05/nara-di-kuil-todai-ji.html.