Sejarah Jepang - Periode Asuka dan Nara (Part 1)

Sejarah Jepang - Periode Asuka dan Nara (Part 1)
Sejarah Periode Asuka dan Nara di Jepang
Selama periode Asuka 538-710 M (atau 592-645 M), ajaran Budha diperkenalkan ke Jepang oleh para negarawan Korea bersamaan dengan segala praktik dari Cina. Hal ini didorong karena pemimpin Jepang yang taat, menyebarkan revolusi besar dalam pemerintahan, etika, dan pendidikan. Agama baru memicu banyaknya kemunculan kuil-kuil Budha yang sangat penting, salah satunya kuil Todaiji Nara. Setelah terjadi perseteruan antar klan, akhirnya klan Yamato mendominasi Jepang. Mereka mendirikan sebuah istana kekaisaran, dengan keluarga kerajaan memerintah di pusat. Aturan mereka membuat keyakinan, bahwa mereka adalah keturunan dewa matahari, Ameterasu yang merupakan dewa tertinggi dalam keyakinan Shinto.

Sejarah Jepang - Periode Asuka dan Nara (Part 1)
Amaterasu, Dewa Matahari dalam ajaran Shinto
Para samurai yang membantu Klan Yamato diberikan posisi dalam pemerintahan, seperti bidang pengadilan. Didalam negri, wilayah Jepang dibagi ke dalam beberapa provinsi, yang di pimpin oleh para bangsawan tingkat tinggi. Walaupun begitu para bangsawan ini justru lebih kuat, karena pendapatan mereka dari hasil pajak tidak tepusat dan justru masuk ke dalam wilayah setiap bangsawan.

Periode ini juga di definisikan dengan adopsi kebudayaan Cina yang sangat cepat, dan mereka melihat pemerintahan Kekaisaran Cina sebagai model struktur pemerintahan baru mereka. Pada tahun 618 M, Dinasti Tang di Cina, dianggap sebagai periode dinasti terbesar dengan berkuasa hampir 300 tahun lamanya. Ibukotanya Chang'an, sering dibandingkan dengan ibukota Roma di Mediterania, dengan akses Sutra, dan pengaruhnya ke negara-negara tetangga. Orang dari berbagai etnis dan budaya sering berkumpul di ibukota membuatnya menjadi pusat budaya.

Jepang bukan hanya negara yang menghormati Dinasti Tang, tetapi mereka juga tertarik dengan bahasa Cina, birokrasi, obat-obatan, feng shui, konfusianisme, dan menulis atau kaligrafi. Pengadaftasian budaya yang sering dilakukan dengan Cina terutama pada bidang, politik, pendidikan, dan etika. Hal ini juga termasuk ke dalam konstitusi pertama Jepang, dengan pengaruh Konfusius. Juga terdapat pengaruh teknologi dalam pembangunan dan pengolahan logam. Selain itu pengetahuan besar akan akan arsitektur dan pembuatan patung juga terpengaruh dari Cina. Teknik baru dalam hal media dan penulisan, menyebabkan peningkatan pada lukisan yang lebih maju, seni dekorasi, musik, sastra, kaligrafi, dan puisi.

Sejarah Jepang - Periode Asuka dan Nara (Part 1)
Pangeran Shotoku (572-622 M)
Sistem pemerintahan kekaisarn Cina adalah pejabat birokrasi, dengan Kaisar sebagai pusatnya. Provinsi dijabat oleh seorang Gubernur dan pejabat diangkat oleh birokrasi. Dan sistem pendapatan daerah provinsi akan kembali ke dalam kas kekaisaran. Butuh waktu hampir satu abad bagi Jepang untuk menerapakan hal ini, dengan kunci reformasi pada Klan Soga atau Soga no Umako (551-626 M) dan Umayado no Oji atau yang lebih dikenal sebagai, Pangeran Shootoku (572-622 M), seorang pangeran dari Kekaisaran pusat. Klan Soga dikatakan merupakan keturunan dari bangsawan Korea Paekche pada abad 5 M. Mereka sangat ambisius, mendapatkan anugerah dari keluarga kerajaan, tetapi tidak mendapatkan pengaruh dalam kekuasan suatu daerah.

Pada tahun 587 M, Pangeran Shotoku dan Klan Soga terlibat pertempuran terbuka melawan orang-orang yang menolak perubahan. Selanjutnya, pada 645 M, Reformasi Taika terjadi mengakibatkan pengaruh para penguasa deerah mulai mendekati Kaisar, dan melayaninya. Dimana penghasilan setiap provinsi akhirnya masuk ke dalam kas kekaisaran. Para pejabat yang menjabat birokrasi baru diambil dari klan bangsawan dan dilatih ke dalam sebuah sekolah di dekat kekaisaran, yang disebut Daifakuro. Mereka diajarkan Konfusianisme Klasik Cina dalam bahasa Cina. Namun, perubahan yang diambil Jepang masih belum sempurna, hingga 794, awal dimulainya Periode Heian.

Sejarah Jepang - Periode Asuka dan Nara (Part 1)
Ibukota pada Periode Asuka
Selama Periode Asuka dan Nara, ibukota Kekaisaran berpindah sebanyak dua kali. Mereka menginginkan ibukota kekaisaran terbaru yang permanen seperti ibukota Kekaisaran Cina, Chang'an. Usaha pertama yang dilakukan terjadi pada, 694 M dengan Fujiwara-kyo di Asuka, yang terlihat rapi dengan istana di pusat yang dikelilingi oleh tembok tanah. Ketika gerbang selatan dibuka maka akan terlihat halaman luas dan selanjutnya ruangan besar di akhir. Di bagian utara merupakan bagian kediaman keluarga kekaisaran. Tempat ini juga didirikan beberapa tempat suci Budha, yang telah ada sebelum kota di bangun, termasuk Asukadera, kuil Budha pertama yang selesai pada 588 M. Model kota tersebut tidak digunakan dalam waktu yang lama, dan di tinggalkan setelah 16 tahun. Beberapa mengatakan bahwa meningkatnya populasi penduduk menyebabkan dibangunnya ibukota baru, 13 mil ke utara, yang di sebut Heijo-kyo. Periode ini dikenal dengan, Periode Nara (710-794 M). Jalan-jalan dibangun dengan lebih besar dan dipisah antar bagian dibandingkan dengan Fujiwara.

Ajaran Budha, yang berasal dari India, menyebar ke Cina melalui perdagangan Sutra, pada abad 1 atau 2 Masehi. Menurut catatan sejarah Cina, ajaran Budha masuk ke Jepang pada 467 M, selama periode Kofun. Namun, secara resmi pengenalan Budha di Jepang terjadi pada 552 M di Nihon Shoki. Sejak abad ke 5, ajaran Budha telah masuk di Cina, dan pengaruhnya meluas hingga ke beberapa Kerajaan Korea. Saat Korea tidak berhasil memperkenalkan ajaran Budha ke Kekaisaran Jepang, mereka mencoba menarik minat Soga no Umaka dan Pangeran Shotoku. Ketika mereka menguasai pemerintahan, Ajaran Budha memiliki posisi yang penting. Walaupun penyebarannya lambat, Budha diakui secara resmi sebagai agama negara, sehingga pembangunan kuil-kuil Budha banyak dilakukan. Pangeran Shotoku sendiri, banyak membuat kuil di daerah Asuka, termasuk Horyu-ji yang tetap ada dari abad ke 7 hingga saat ini.

Lanjut ke Part 2

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

2 komentar

komentar
ri
10 Maret 2020 pukul 08.20 delete

TErimakasih untuk ringkasan sejarahnya, sangat membantu!

Reply
avatar
20 Mei 2022 pukul 07.49 delete

Blog yang menarik, mengingatkan saya akan Kuil Todaiji di Nara, di tengah kuil Buddhis ini, anda akan menumukan patung Buddha Agung yang terbesar, atau Daibutsu, terbuat dari tembaga.
Saya mencoba menulis blog tentang hal ini, semoga anda juga suka di http://stenote-berkata.blogspot.com/2018/05/nara-di-kuil-todai-ji.html.

Reply
avatar